Cerpen : Kehormatan Diri
Percakapan Telepon itu masih terngiang jelas ditelinganya.
“Menyingkirlah, jika anda tak mau Kerjasama. Saya sudah berikan anda pilihan, silahkan pergi dan jangan ungkapkan apapun, atau ikut dengan apa yang kami lakukan sekarang. Menjadi bagian kami. Tentukan sikap. Karirmu ada di tangan saya, camkan itu!”, suara tegas itu terdengar diujung telepon.
Jantungnya mendadak berdegup kencang. Dilema ini begitu menyiksanya: menuruti kata hati atau mengikuti ajakan atasannya.
Mardi, sang Kepala Proyek di salah satu proyek BUMN sudah memberikannya ultimatum tegas. Barang sisa proyek tidak akan dilaporkan sebagai inventory dan akan dijual kepada salah satu penadah yang berlokasi tak jauh dari proyek mereka.
Jumlahnya lumayan besar dan itu membuat sang kepala proyek tergiur lalu mengajak berkomplot bersama kawan-kawannya yang lain.
“Kamu tinggal tulis saja di laporanmu bahwa tidak ada inventory barang yang tersisa. Semua sudah terpakai. Beres itu, Setyo. Kamu gak usah khawatir. Semua sudah diatur. Kantor pusat juga tak akan tahu. Soal pengangkutan barangnya dari proyek ke lokasi Pak Marta, itu urusan saya. Kamu akan dapat imbalan dari itu Setyo. Lumayan buat nambah biaya pernikahanmu nanti toh?,”ucap Mardi saat menemuinya di salah satu sudut direksi keet proyek.
Mardi terkekeh pelan, seraya menghirup rokoknya dengan angkuh dan percaya diri. Rimbun asapnya mengepul-ngepul dihadapan wajah Setyo.
“Saya takut, pak. Ini kan’ sama dengan kita nyolong, apa jadinya kalau sampai ketahuan kantor pusat atau internal auditor kantor yang akan datang memeriksa kita,” sahut Setyo dengan bibir bergetar.
“Apa yang kamu takutkan?. Ini barang sisa proyek, bukan hasil nyolong! Sebentar lagi proyek ini akan selesai, kalau kita laporkan barangnya sudah habis tak bersisa, lantas apa masalahnya?. Kantor Pusat atau auditor internal juga tidak akan memeriksanya sedetail itu. Kamu tinggal jalankan apa yang saya perintahkan. Selebihnya tanggung jawab saya. Sudahlah, saya tunggu keputusanmu besok,” ujar Pak Mardi dengan nada tinggi sambil berlalu
Setyo menghela nafas panjang.
Terbayang wajah teduh dan cantik sang kekasih, Indah yang akan dinikahinya 4 bulan lagi. Harus diakui, biaya pernikahan yang akan dikeluarkan tidak sedikit, sementara modal untuk pernikahan masih belum cukup.
Sebagai staf administrasi Gudang dan Logistik, juga karyawan baru, pendapatannya tidaklah seberapa. Godaan imbalan yang menggiurkan dari Pak Mardi sungguh membuatnya gamang.
Dari jauh terlihat Mardi mulai memerintahkan sejumlah karyawan proyek yang dipercayainya untuk mengumpulkan sisa inventory barang dalam sebuah tempat terpisah.
Setyo bangkit dan berjalan ke ruangannya di Gudang material. Kegalauan hatinya belum juga mereda saat duduk di kursinya kembali.
Ingatannya melayang jauh, saat pertama kali diterima sebagai karyawan baru di perusahaan BUMN tersebut.
‘***
“Selamat pagi para karyawan baru, selamat datang dan selamat bergabung di perusahaan BUMN kebanggaan kita ini. Senang rasanya saya bisa bertemu langsung dan bertatap muka dengan para talenta muda, yang penuh semangat dan vitalitas,” ucap pak Rahmat, Direktur Utama PT Tegar Karya dengan sorot mata antusias menyaksikan seluruh karyawan baru di perusahaannya. Salah satunya adalah Setyo.
Perkenalan ringkas perusahaan termasuk jajaran direksi serta management puncak perusahaan disampaikan dengan memikat oleh pak Rahmat. Suara bariton namun empuk di pendengaran membuat para karyawan baru PT Tegar Karya menyimak serius apa yang disampaikan oleh sang Direktur Utama.
“Kita menerapkan secara konsisten nilai-nilai Utama AKHLAK dalam perusahaan kita, yang merupakan akronim dari amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif. Nilai-nilai Utama ini menjadi dasar pijakan kita semua, untuk menjaga reputasi dan marwah perusahaan tetap berada dalam koridor etika yang konsisten. Nilai-nilai luhur yang menjadi pilar utama “Akhlak”menjadi landasan moral untuk bergerak dan bertindak. Adalah menjadi tanggung jawab kita semua, tanpa kecuali untuk menjaga dan mengimplementasikan nilai Utama AKHLAK itu sebagai bagian dari keseharian, termasuk dalam melaksanakan tugas di wilayah kerja nanti,” tegas Pak Rahmat yang disambut tepukan riuh hadirin.
Setyo mencatat dengan takzim semua uraian Pak Rahmat dalam buku catatannya. Apa yang diungkapkan beliau selaras dengan apa yang pernah ia diskusikan bersama ayahnya dulu.
“Mempertahankan integritas dan kejujuran itu adalah hal yang sangat mahal, nak. Dalam kehidupan, kita kerap menemukan hal-hal yang tak sesuai harapan dan tak sama dengan keinganan kata hati bahkan mungkin bisa mengguncang integritasmu, harga dirimu.
Dan itu,nak, terkadang menguji sejauh mana respon kita menghadapinya, termasuk menyikapinya secara jujur serta menanggapinya secara bijak,” ucap ayahnya di teras depan rumah, sesaat sebelum ia berangkat ke ibukota setelah dinyatakan lulus sebagai karyawan salah satu BUMN terkemuka.
“Integritasmu adalah “nilai dirimu”, itu yang harus selalu kamu pertahankan. Sepahit apapun itu, nak. Tantangan hidup yang akan kamu hadapi akan tidak mudah, banyak godaan berat yang akan menerpamu, membuatmu risau dalam menentukan pilihan.
Kuncinya adalah senantiasa berpegang teguh pada syariat agama yang kita anut dan nilai-nilai kearifan lokal yang senantiasa ayah ajarkan kepada kamu dan adik-adikmu,nak”, tambah ayahnya dengan nada lembut.
Setyo tersenyum, diraihnya jemari ayahnya dan menciumnya dengan rasa haru menyesak dada.
“Setyo janji akan mengikuti semua nasihat ayah dan menjaga semuanya sekuat mungkin,” tuturnya seraya menyeka air mata yang menetes di tebing pipinya.
Sang ayah meraih putra kesayangannya itu kedalam pelukannya.
“Jaga nama baik keluarga kita nak.. jangan gadaikan kehormatan dan harga dirimu dengan hal-hal yang merusak integritasmu. Sekali lagi camkan bahwa nilai seseorang ada pada kejujuran hatinya. Tak peduli kita menebarkan senyum kemanapun , bau busuk akan menguar saat kita menyembunyikan bangkai,”ucap sang ayah dengan kalimat tercekat.
‘***
Setyo tersentak dari lamunan.
Dipandanginya layar monitor didepannya tanpa berkedip.
Laporan inventory barang sisa proyek masih tersaji utuh disana.
Setyo telah menetapkan hati untuk tidak menjadi bagian dari rencana jahat pak Mardi. Kehormatan diri dan kejujuran adalah segalanya. Meski kelak akan memiliki resiko besar pada karirnya nanti.
Dituliskannya narasi pada badan email yang ditujukan kepada kantor pusat : Laporan hasil inventory actual proyek, tanpa manipulasi.
Saat menekan tombol “SEND”, senyumnya tersungging lebar dan ia seakan menyaksikan ayah serta ibunya, juga sang kekasih Indah, tersenyum pula di kejauhan.
Cikarang,7 April 2024









