Catatan Dari Hati

Jembatan Peradaban: Peran Strategis KKSS dalam Melestarikan Identitas dan Membangun Kemajuan

Ada yang berbeda ketika Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan menggelar Musyawarah Kerja Nasional tahun 2025 ini. Untuk pertama kalinya dalam sejarah panjang 49 tahun, perhelatan akbar ini tidak lagi diselenggarakan di Jakarta, melainkan kembali ke pangkuan tanah leluhur, Makassar, dari 14 hingga 16 November 2025 di Hotel Claro.

Bukan sekadar perpindahan lokasi geografis semata, melainkan simbolisasi mendalam tentang kembalinya ruh sebuah ikatan persaudaraan kepada akar budayanya. Semangat “Ayo Pulang Kampung” yang diusung bukanlah hal baru bagi keluarga besar KKSS, karena nilai tersebut telah lama tertanam melalui Pertemuan Saudagar Bugis Makassar yang sudah 25 kali digelar di Makassar.

Ketika Menteri Pertanian sekaligus Ketua Umum KKSS, Andi Amran Sulaiman, membuka acara ini, beliau menegaskan sesuatu yang sangat sederhana namun penuh makna: “Mukernas kali ini jangan terlalu lama. Pendek, tapi besar tindakannya.

Itu bukti KKSS kuat.” Di balik kesederhanaan kata-kata itu, tersimpan filosofi mendalam tentang bagaimana sebuah organisasi kedaerahan harus bergerak di zaman yang serba cepat ini. Bukan pada banyaknya janji, tetapi pada nyatanya tindakan. Bukan pada lamanya pertemuan, tetapi pada besarnya dampak yang dihasilkan.

Tema “Si Patuo Sipatokong: Merajut Persaudaraan, Menguatkan Masa Depan, Menyambut Indonesia Emas” yang diangkat menjadi benang merah perhelatan ini bukan sekadar jargon.

Dalam bahasa Bugis, “Si Patuo Sipatokong” bermakna saling menguatkan satu sama lain, sebuah nilai luhur yang telah mengakar sejak berabad-abad lalu. Nilai ini kini dipertaruhkan relevansinya di tengah arus deras globalisasi dan revolusi digital yang mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Di era ketika batas-batas geografis semakin kabur, ketika informasi mengalir tanpa henti melalui gawai di genggaman, ketika generasi muda lebih akrab dengan media sosial dibanding cerita tutur dari para sesepuh, pertanyaan mendasar mencuat: masih relevankah organisasi kedaerahan seperti KKSS? Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada pemahaman mendalam tentang siapa sesungguhnya masyarakat Bugis-Makassar dan bagaimana mereka telah bertahan melewati berbagai zaman.

Suku Bugis, dengan populasi diperkirakan sekitar enam juta jiwa dan mencakup 2,5 persen dari total penduduk Indonesia, secara historis dikenal sebagai pelaut dan perantau yang ulung. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, sebanyak 6.359.000 orang Bugis tersebar di seluruh Indonesia, sementara yang menetap di Sulawesi Selatan mencapai 3,6 juta jiwa.

Angka-angka ini bukan sekadar statistik dingin. Di baliknya tersimpan kisah ribuan keluarga yang merantau, menyebar ke pelosok Nusantara, bahkan hingga mancanegara, membawa mimpi dan harapan, namun tidak pernah melupakan akar mereka.

Kenyataan bahwa Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk 9.463.400 jiwa menjadi provinsi dengan penduduk terbesar di luar Jawa setelah Sumatera Utara membuktikan vitalitas dan dinamika daerah ini.

Namun, di tengah pertumbuhan yang pesat, tantangan pelestarian identitas budaya justru semakin nyata. Globalisasi, yang membawa kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi, pada saat bersamaan juga menghadirkan ancaman terhadap nilai-nilai lokal yang telah terbangun selama berabad-abad.

Inilah saatnya KKSS memainkan peran strategisnya. Organisasi yang berdiri sejak 12 November 1976 ini bukan lagi sekadar wadah silaturahmi perantau, melainkan harus bertransformasi menjadi jembatan peradaban.

Jembatan yang menghubungkan masa lalu yang sarat kebijaksanaan dengan masa depan yang penuh ketidakpastian. Kearifan lokal merupakan aset yang sangat berharga sebagai identitas bangsa Indonesia, namun di era digital yang cepat ini menghadapi banyak tantangan, mulai dari globalisasi hingga perubahan gaya hidup.

Tantangan pertama dan paling mendasar adalah mempertahankan relevansi di mata generasi muda. Generasi yang tumbuh dengan gawai di genggaman, yang lebih nyaman berbahasa Inggris ketimbang bahasa Bugis, yang lebih tertarik menonton drama Korea dibanding pertunjukan pakkacaping tradisional. Pemuda Indonesia berada di persimpangan antara mengadopsi nilai-nilai global yang dianggap lebih modern dan progresif, atau mempertahankan kearifan lokal yang diyakini dapat memberikan fondasi identitas budaya yang kuat.

Namun, justru di sinilah peluang besar terbuka. Teknologi digital yang kerap dituding sebagai ancaman, sejatinya juga bisa menjadi sarana paling ampuh untuk melestarikan dan menyebarkan kearifan lokal.

Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dapat berfungsi sebagai sarana efektif dalam memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda. Bayangkan jika nilai-nilai luhur seperti sipakatau (saling memanusiakan), sipakalebbi (saling menghormati), dan sipakainge (saling mengingatkan) dikemas dalam konten digital yang menarik, viral, dan mudah dicerna.

Bayangkan jika cerita heroik para leluhur yang mengarungi samudera dengan perahu pinisi dibuat menjadi film pendek yang menggugah, atau musik tradisional dikolaborasikan dengan genre modern yang disukai anak muda.

Program strategis KKSS yang telah dicanangkan, termasuk pembangunan lima sekolah unggulan dengan dua di antaranya tengah dalam tahap konstruksi, menunjukkan keseriusan organisasi ini dalam berkontribusi nyata.

Pendidikan adalah kunci. Melalui sekolah-sekolah unggulan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan modern tetapi juga menanamkan nilai-nilai kearifan lokal, KKSS dapat membangun generasi yang cerdas secara intelektual sekaligus kuat secara karakter.

Tantangan kedua adalah menjaga solidaritas di tengah masyarakat yang semakin individualistis. Perubahan gaya hidup modern yang lebih individualistis sering kali bertentangan dengan nilai-nilai gotong royong yang merupakan inti dari banyak tradisi lokal di Indonesia.

Ketika setiap orang sibuk dengan urusan masing-masing, ketika hubungan sosial lebih banyak terjadi di dunia maya ketimbang tatap muka, nilai “si patuo sipatokong” bisa menjadi semakin asing.

Di sinilah pentingnya pertemuan fisik seperti Mukernas ini. Rangkaian kegiatan tidak hanya bersifat internal organisasi, tetapi juga diwarnai aksi sosial seperti operasi pasar murah dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat.

Aksi konkret ini membuktikan bahwa KKSS bukan organisasi elit yang hanya berkumpul untuk bersantap dan berfoto, melainkan gerakan sosial yang membumi dan menyentuh kehidupan nyata masyarakat.

Tantangan ketiga adalah membangun jejaring ekonomi yang saling menguntungkan. Proses digitalisasi menciptakan kesempatan untuk mengembangkan ekonomi yang berakar pada budaya, di mana produk kerajinan, kain tradisional, dan masakan lokal dapat dipasarkan melalui platform perdagangan digital sehingga mampu menjangkau audiens yang lebih luas.

KKSS, dengan jaringan anggotanya yang tersebar luas, memiliki potensi besar menjadi ekosistem ekonomi berbasis kearifan lokal. Dari pengrajin kain sutra di Sengkang, pembuat kapal pinisi di Bulukumba, hingga petani rumput laut di Takalar, semua bisa terhubung dan saling menguatkan.

Gagasan ini awalnya digelorakan oleh Ketua Dewan Kehormatan KKSS, M. Jusuf Kalla, yang menilai para perantau perlu sesekali kembali ke kampung halaman untuk membawa energi baru yang dapat mendorong pembangunan daerah.

Visi ini sangat relevan. Ketika perantau yang telah sukses di berbagai bidang membawa ilmu, jaringan, dan modal kembali ke tanah kelahiran, dampaknya bisa sangat besar bagi pembangunan daerah.

Namun, semua upaya ini akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan perubahan paradigma mendasar. KKSS tidak boleh terjebak menjadi organisasi yang hanya hidup saat ada acara besar, untuk kemudian tertidur hingga acara berikutnya. Organisasi ini harus menjadi gerakan sosial yang hidup dalam keseharian, yang program-programnya menyentuh langsung kehidupan masyarakat.

Digitalisasi organisasi menjadi keniscayaan. Website yang informatif, aplikasi mobile yang memudahkan anggota berinteraksi, sistem basis data yang terstruktur untuk memetakan potensi dan kebutuhan anggota, hingga platform daring untuk berbagi pengetahuan dan peluang usaha. Semua ini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan jika KKSS ingin tetap relevan di era digital.

Lebih dari itu, KKSS perlu membangun ekosistem pembelajaran berkelanjutan. Kearifan lokal berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan dan mewariskan warisan budaya, di mana nilai, pengetahuan, dan praktik-praktik tradisional yang terkandung dalam kearifan lokal menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda untuk memahami dan menghargai identitas budaya mereka.

Pelatihan-pelatihan keterampilan, seminar pengembangan usaha, diskusi-diskusi tentang isu-isu strategis, semua perlu digelar secara rutin dan merata, tidak hanya di kota-kota besar tetapi juga di daerah-daerah terpencil.

Kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci. Pemerintah daerah, perguruan tinggi, dunia usaha, organisasi masyarakat sipil, hingga komunitas-komunitas kreatif, semua bisa menjadi mitra strategis. Dengan demikian, KKSS tidak bekerja sendirian, melainkan menjadi bagian dari gerakan kolektif yang lebih besar untuk memajukan Sulawesi Selatan dan Indonesia.

Yang tak kalah penting adalah membangun narasi positif tentang identitas Bugis-Makassar. Di tengah gempuran budaya populer dari luar, perlu ada upaya masif untuk mengangkat kisah-kisah inspiratif dari putra-putri daerah.

Mulai dari kisah para pelaut pinisi yang mengarungi lautan hingga Australia, kisah para pedagang yang sukses merantau, kisah para ilmuwan dan akademisi yang berprestasi di kancah internasional, hingga kisah para pemuda yang berhasil memadukan kearifan lokal dengan inovasi modern.

Kearifan lokal tidak hanya menjadi warisan masa lalu, tetapi juga menjadi alat yang efektif dalam mengatasi tantangan modern, di mana integrasi kearifan lokal dalam kebijakan publik tidak hanya membantu dalam menjaga identitas budaya, tetapi juga memperkuat pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

KKSS bisa berperan sebagai kelompok penekan yang mendorong pemerintah untuk lebih serius dalam mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam kebijakan pembangunan.

Mukernas KKSS 2025 ini bukan akhir dari sebuah perjalanan, melainkan awal dari babak baru. Babak di mana KKSS tidak lagi sekadar organisasi kedaerahan yang berkumpul setahun sekali, melainkan gerakan sosial yang hidup, bernapas, dan menggerakkan perubahan setiap hari.

Babak di mana nilai-nilai luhur seperti “si patuo sipatokong” bukan lagi sekadar filosofi yang indah diucapkan dalam pidato, melainkan prinsip yang dipraktikkan dalam kehidupan nyata.

Harapan terbesar dari Mukernas ini adalah lahirnya komitmen kolektif untuk membangun KKSS yang inklusif, progresif, dan berdampak. Inklusif, dalam artian terbuka bagi semua kalangan tanpa memandang status sosial atau ekonomi.

Progresif, dalam artian tidak takut mengadopsi hal-hal baru yang positif sambil tetap menjaga akar tradisi. Berdampak, dalam artian program-programnya nyata terasa membawa perubahan positif bagi kehidupan masyarakat.

Sebuah organisasi besar hanya akan bermakna apabila program-programnya menjawab kebutuhan warga. Kata-kata ini harus menjadi kompas bagi setiap langkah KKSS ke depan. Bukan pada besarnya struktur organisasi, bukan pada meriah atau tidaknya acara-acara seremonial, melainkan pada seberapa besar organisasi ini mampu menjawab kebutuhan nyata masyarakat.

Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, dari perubahan iklim hingga disrupsi teknologi, dari kesenjangan ekonomi hingga krisis identitas, KKSS memiliki peran strategis sebagai benteng ketahanan sosial.

Ketika sistem-sistem besar di luar sana rapuh, ikatan komunitas yang kuat justru menjadi penopang. Ketika individualisme menggerogoti kohesi sosial, nilai-nilai seperti “si patuo sipatokong” menjadi perekat. Ketika homogenisasi budaya mengancam keberagaman, pelestarian kearifan lokal menjadi resistensi.

Pulang kampung bukan sekadar perjalanan fisik dari satu tempat ke tempat lain. Pulang kampung adalah perjalanan spiritual untuk menemukan kembali akar, untuk mengingat kembali siapa diri kita sebenarnya, untuk mengisi ulang energi dari sumber yang tak pernah kering.

Ketika ribuan keluarga besar KKSS berkumpul di Makassar dalam Mukernas ini, yang terjadi bukan sekadar pertemuan, melainkan ritual kolektif untuk meneguhkan kembali identitas dan komitmen bersama.

Tantangan memang besar, bahkan terkesan menakutkan. Namun, bukankah leluhur kita telah mengajarkan bahwa orang Bugis-Makassar tidak pernah takut menghadapi tantangan?

Bukankah nenek moyang kita telah membuktikan bahwa dengan perahu pinisi yang sederhana, mereka mampu mengarungi lautan luas dan mencapai daratan yang jauh? Jika mereka bisa melakukannya dengan teknologi yang terbatas, tentu kita dengan segala kemajuan yang ada saat ini bisa melakukan yang lebih besar.

Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk bermimpi besar sekaligus kesabaran untuk bekerja dari hal-hal kecil. Keberanian untuk bertransformasi sekaligus kebijaksanaan untuk tidak kehilangan jati diri. Keberanian untuk membuka diri terhadap dunia sekaligus keteguhan untuk tidak larut dalam arus yang menggerus identitas.

Mukernas KKSS 2025 ini hendaknya menjadi momentum kebangkitan. Kebangkitan kesadaran kolektif bahwa di tangan generasi sekarang terletak tanggung jawab besar untuk mewariskan warisan leluhur kepada generasi mendatang. Bukan warisan yang beku dalam museum, melainkan warisan yang hidup dan relevan, yang mampu menjawab tantangan zaman sambil tetap setia pada nilai-nilai luhur.

Ketika acara ini berakhir dan para peserta kembali ke tempat masing-masing, yang terpenting bukan kenangan tentang kemeriahan acara, melainkan komitmen yang terbawa pulang. Komitmen untuk menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing. Komitmen untuk mengajarkan nilai-nilai luhur kepada anak-cucu. Komitmen untuk mendukung program-program KKSS secara nyata. Komitmen untuk menjadi bagian dari gerakan kolektif yang lebih besar.

Di era digital dan global ini, KKSS memiliki kesempatan emas untuk tidak hanya menjadi organisasi regional yang kuat, tetapi juga menjadi model bagi organisasi kedaerahan lainnya di Indonesia bahkan di dunia.

Model tentang bagaimana sebuah komunitas bisa tetap kokoh menjaga identitas sambil merangkul modernitas. Model tentang bagaimana kearifan lokal bisa menjadi solusi bagi berbagai persoalan kontemporer. Model tentang bagaimana teknologi digital bisa menjadi sarana untuk memperkuat, bukan menggerus, ikatan komunitas.

Perjalanan ini tidak akan mudah. Akan ada hambatan, kekecewaan, bahkan kegagalan di sepanjang jalan. Namun, selama semangat “si patuo sipatokong” tetap menyala, selama setiap anggota KKSS memahami bahwa mereka adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri, selama ikatan persaudaraan tetap lebih kuat dari segala perbedaan, maka tidak ada yang mustahil.

Sulawesi Selatan telah memberikan begitu banyak kepada Indonesia. Dari para pemimpin bangsa hingga pengusaha sukses, dari seniman berbakat hingga ilmuwan brilian, dari pejuang kemerdekaan hingga pelopor pembangunan. Saatnya kini bagi generasi sekarang untuk memberikan kontribusi mereka, tidak dengan cara yang persis sama dengan generasi terdahulu, tetapi dengan cara yang relevan dengan zamannya.

Mukernas KKSS 2025 adalah awal dari babak baru itu. Babak di mana organisasi ini tidak hanya menjadi wadah nostalgia tentang kejayaan masa lalu, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong kemajuan masa depan.

Babak di mana identitas Bugis-Makassar tidak hanya dirayakan dalam festival budaya, tetapi dihidupi dalam praktik keseharian. Babak di mana kearifan lokal tidak hanya dilestarikan dalam arsip, tetapi diaktualisasikan dalam solusi konkret untuk berbagai persoalan.

Harapan besar tertambat pada Mukernas ini. Harapan akan lahirnya kepemimpinan yang visioner namun membumi, yang berani bermimpi besar namun tidak melupakan hal-hal kecil yang penting.

Harapan akan tersusunnya program-program yang tidak hanya megah di atas kertas tetapi juga nyata dampaknya di lapangan. Harapan akan terbangunnya sistem organisasi yang modern, transparan, dan akuntabel, namun tetap hangat dengan sentuhan persaudaraan.

Sulawesi Selatan dan Indonesia membutuhkan KKSS yang kuat. Bukan kuat dalam artian memiliki banyak anggota atau dana yang besar, tetapi kuat dalam artian memiliki anggota-anggota yang berkualitas dan berkomitmen, yang siap berkontribusi nyata untuk kemajuan bersama.

Kuat dalam artian memiliki program-program yang tepat sasaran dan berdampak luas. Kuat dalam artian menjadi kekuatan moral yang mampu menginspirasi banyak orang untuk berbuat lebih baik.

Pulang kampung untuk merajut masa depan, itulah esensi dari Mukernas KKSS 2025 ini. Pulang bukan untuk sekadar bernostalgia, tetapi untuk mengisi ulang semangat dan meneguhkan komitmen.

Pulang bukan untuk sekadar berkumpul, tetapi untuk merajut benang-benang persaudaraan yang mungkin sempat renggang. Pulang bukan untuk melarikan diri dari tantangan, tetapi untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang lebih besar.

Mari kita jadikan Mukernas ini sebagai titik balik. Titik di mana KKSS bertransformasi dari organisasi yang baik menjadi organisasi yang luar biasa. Titik di mana setiap anggota memahami bahwa mereka adalah bagian dari warisan yang agung dan mereka memiliki tanggung jawab untuk meneruskannya kepada generasi berikutnya. Titik di mana nilai-nilai luhur leluhur tidak hanya dikenang, tetapi dihidupkan kembali dengan cara-cara yang relevan dan bermakna.

Indonesia Emas 2045 yang dicita-citakan hanya akan terwujud jika dibangun oleh manusia-manusia emas yang memiliki karakter kuat, keterampilan mumpuni, dan jiwa besar. KKSS, dengan segala kearifan lokal yang dimiliki, memiliki peran strategis dalam membentuk manusia-manusia emas itu.

Melalui pendidikan karakter berbasis nilai-nilai lokal, melalui pemberdayaan ekonomi berbasis potensi daerah, melalui penguatan ikatan sosial berbasis persaudaraan, KKSS bisa berkontribusi nyata untuk Indonesia yang lebih baik.

Sejarah akan mencatat Mukernas KKSS 2025 ini. Apakah sebagai pertemuan biasa yang berlalu begitu saja, ataukah sebagai momen transformatif yang mengubah arah organisasi ini. Pilihan ada di tangan setiap peserta.

Pilihan untuk menjadi sekadar penonton yang pasif, ataukah menjadi pelaku perubahan yang aktif. Pilihan untuk berpuas diri dengan pencapaian masa lalu, ataukah untuk menatap masa depan dengan penuh optimisme dan determinasi.

Di tengah hiruk pikuk dunia modern yang penuh ketidakpastian, nilai-nilai seperti “si patuo sipatokong” adalah mercusuar yang menunjukkan arah. Di tengah individualisme yang menggerogoti kohesi sosial, ikatan persaudaraan KKSS adalah penopang yang menguatkan. Di tengah homogenisasi budaya yang mengancam keberagaman, kearifan lokal Bugis-Makassar adalah identitas yang membanggakan.

Mukernas KKSS 2025 di Makassar bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari petualangan baru. Petualangan untuk membuktikan bahwa organisasi kedaerahan masih sangat relevan di era global dan digital.

Petualangan untuk menunjukkan bahwa kearifan lokal bukan penghalang kemajuan, melainkan fondasi yang kokoh untuk membangun peradaban yang lebih humanis dan bermartabat. Petualangan untuk memastikan bahwa generasi mendatang tidak kehilangan akar mereka sambil meraih bintang-bintang impian mereka.

Mari kita sambut babak baru KKSS dengan penuh harap dan tekad. Mari kita buktikan bahwa “si patuo sipatokong” bukan sekadar slogan, melainkan prinsip hidup yang mampu menggerakkan perubahan nyata.

Mari kita jadikan KKSS sebagai rumah besar yang nyaman bagi semua putra-putri Sulawesi Selatan, di mana pun mereka berada, rumah yang selalu siap menyambut pulang dengan hangat, sekaligus rumah yang memberikan bekal kuat untuk merantau dengan percaya diri.

“Culture is the widening of the mind and of the spirit.” – Jawaharlal Nehru

Related Posts
BELI TIKET BUS JOGJA JAKARTA MURAH
  Beli tiket bus Jogja Jakarta - Musim liburan adalah musim yang ditunggu-tunggu oleh setiap orang terutama pada saat momen liburan anak sekolah, karena dengan momen tersebut setiap orang tentunya akan ...
Posting Terkait
MERAYAKAN KEBERSAMAAN BERSAMA IKA TEKNIK UNHAS (Bagian Pertama)
  Satukan Langkah.. Rentangkan Cita.. Kita Membangun Nusa dan Bangsa.. Dibawah Panji Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.. emikian penggalan lagu mars Teknik Unhas yang dinyanyikan penuh semangat sembari mengepalkan tangan ke atas oleh sekitar 1000 orang ...
Posting Terkait
Reruntuhan di Tengah Khusyuk: Darurat Keselamatan Konstruksi Indonesia
enin sore, 29 September 2025, seharusnya menjadi waktu yang penuh berkah di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Azan berkumandang, ratusan santri berbondong-bondong menuju mushala untuk melaksanakan salat Asar berjamaah. Mereka ...
Posting Terkait
SELAMAT JADI BLOGGER, PAK JUSUF KALLA !
  Tadi malam saat membuka web Kompasiana, mendadak pandangan saya mampir di sebuah posting menyolok yang tersaji di sisi kanan. Sebuah gambar kecil, Wakil Presiden Republik Indonesia, Pak H.M.Jusuf Kalla tampak terlihat dengan gayanya ...
Posting Terkait
Momen Peringatan HUT PII ke-73: Menegaskan Peran Strategis Insinyur Indonesia dalam Mendukung Re-Industrialisasi di Tengah Krisis Ekonomi Global
Dalam menghadapi krisis ekonomi global yang terus bergejolak, Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang pada 23 Mei 2025 memperingati Hari Ulang Tahun ke  73, muncul sebagai garda terdepan dalam mendukung re-industrialisasi ...
Posting Terkait
GEDUNG SMESCO INDONESIA, LOKASI ACARA PUNCAK PESTA BLOGGER 2009
Akhirnya, setelah melewati perjalanan panjang mencari tempat yang representatif untuk pelaksanaan acara Puncak Pesta Blogger 2009 tanggal 24 Oktober 2009 mendatang, kami akhirnya mendapatkan konfirmasi untuk bisa menggunakan Exhibition Hall ...
Posting Terkait
Ketika Mesin Mencoba Mengambil Jiwa Seni: Tilly Norwood dan Pertarungan Masa Depan Perfilman
Ada sesuatu yang mengguncang Hollywood pada akhir September 2025. Bukan skandal percintaan bintang papan atas, bukan pula kegagalan film dengan anggaran ratusan juta dolar. Yang mengguncang adalah kehadiran seorang perempuan ...
Posting Terkait
Indonesia di Persimpangan: Antara Kemarahan Rakyat dan Kearifan Kepemimpinan
“Riots are the language of the unheard.” — Martin Luther King Jr. ua hari yang mencengangkan telah berlalu. Indonesia baru saja melewati periode yang menguji ketahanan demokrasi kita, ketika tragedi meninggalnya ...
Posting Terkait
Memikat, Materi Kuliah Tamu Vice President Procurement EPC dan Investasi Divisi SCM PT Nindya Karya di Departemen Mesin Fakultas Teknik Unhas, Gowa
Dalam rangka memperluas wawasan mahasiswa tentang dunia industri, Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa menyelenggarakan kuliah tamu dengan tema "Peran Alumni Teknik Mesin pada Proses Pengadaan Proyek EPC" ...
Posting Terkait
Keniscayaan Transformasi Digital untuk Kehandalan Rantai Pasok Nasional – Catatan Ringan dari Supply Chain Manager Summit 2025
Dalam presentasinya yang memukau di ajang Supply Chain Manager Summit 2025, hari Sabtu (21/6) di Hotel HARRIS Kelapa Gading yang diselenggarakan oleh "Bincang Supply Chain Community", Franklin Kurniawan, CEO OPEX ...
Posting Terkait
Piala Presiden 2025: Pesta Rakyat yang Membangkitkan Semangat Keunggulan Bangsa
"Sepak bola adalah permainan yang sangat sederhana, tapi yang paling sulit adalah membuatnya sederhana." - Johan Cruyff Di tengah gemuruh suara suporter yang menggema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, ...
Posting Terkait
Membangun Impian Bersama: Energy and Engineering Week Sebagai Katalis Perubahan Nasional
Di tengah hiruk pikuk Jakarta yang tak pernah tidur, sebuah momentum bersejarah tengah berlangsung. Jakarta International Expo Kemayoran, dari tanggal 17 hingga 20 September 2025, menjadi saksi bisu dari pertemuan ...
Posting Terkait
WALIKOTA BEKASI SIAPKAN HADIAH TOTAL Rp 45 JUTA UNTUK LOMBA BLOG DAN FOTO
Sebuah kebanggaan dan keharuan tersendiri dirasakan oleh segenap pengurus serta anggota Komunitas Blogger Bekasi saat Walikota Bekasi H.Mochtar Muhammad secara spontan menyiapkan hadiah lomba penulisan blog dan foto bertema "Aku ...
Posting Terkait
"Tanah air adalah sebuah proyek yang kita tempuh bersama-sama, kau dan aku. Sebuah kemungkinan yang menyingsing, sebuah cita-cita yang digayuh generasi demi generasi, sebuah impian yang kita jalani dengan tungkai ...
Posting Terkait
Dari Foto Balita ke Jejak Seumur Hidup: Mengelola Sharenting dengan Hati
"Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk kaum muda kita, tetapi kita dapat membangun kaum muda kita untuk masa depan." - Franklin D. Roosevelt ore itu, seorang ibu muda di ...
Posting Terkait
KOPDAR II KOMPASIANA : KEHANGATAN SEBUAH “RUMAH SEHAT”
Edi Taslim (General Manager Kompas Cybermedia) didampingi Pepih Nugraha memberikan penjelasan soal Kompas Phone dan QR Code Kompas dalam kesempatan Kopdar kedua Kompasiana bertempat di JHCC, Minggu,14 Juni 2009 Hari Minggu ...
Posting Terkait
BELI TIKET BUS JOGJA JAKARTA MURAH
MERAYAKAN KEBERSAMAAN BERSAMA IKA TEKNIK UNHAS (Bagian Pertama)
Reruntuhan di Tengah Khusyuk: Darurat Keselamatan Konstruksi Indonesia
SELAMAT JADI BLOGGER, PAK JUSUF KALLA !
Momen Peringatan HUT PII ke-73: Menegaskan Peran Strategis
GEDUNG SMESCO INDONESIA, LOKASI ACARA PUNCAK PESTA BLOGGER
Ketika Mesin Mencoba Mengambil Jiwa Seni: Tilly Norwood
Indonesia di Persimpangan: Antara Kemarahan Rakyat dan Kearifan
Memikat, Materi Kuliah Tamu Vice President Procurement EPC
Keniscayaan Transformasi Digital untuk Kehandalan Rantai Pasok Nasional
Piala Presiden 2025: Pesta Rakyat yang Membangkitkan Semangat
Membangun Impian Bersama: Energy and Engineering Week Sebagai
WALIKOTA BEKASI SIAPKAN HADIAH TOTAL Rp 45 JUTA
DARI KOPDAR JAKARTA, UNTUK INDONESIA TERCINTA, MERDEKA !!
Dari Foto Balita ke Jejak Seumur Hidup: Mengelola
KOPDAR II KOMPASIANA : KEHANGATAN SEBUAH “RUMAH SEHAT”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *