Catatan Dari Hati

Flash Fiction : Surat

Setiap pagi, Alin meninggalkan surat kecil di tas Rega. Kata-kata manis, puisi pendek, dan doa-doa lirih.

Rega selalu tersenyum membacanya—atau itulah yang Alin pikirkan.

Sampai suatu sore, ia datang lebih awal ke kantor. Melihat Rega tertawa bersama wanita lain. Lalu dengan ringan berkata, “Eh, kamu yang selama ini naruh surat? Kirain si Dira…

Hati Alin tercekat. Bukan karena Rega mencintai orang lain, tapi karena cintanya hanya dianggap permainan tebakan.

Dan sejak hari itu, ia berhenti menulis. Kadang cinta ternoda bukan karena disakiti, tapi karena tak pernah benar-benar dilihat.

Related Posts
FLASH FICTION: HATI-HATI DI JALAN
Menjelang berpisah, perempuan itu, yang sudah memiliki hatiku sepenuhnya, tersenyum samar. Pandangannya tajam namun mesra. "Kamu tetap sayang aku kan'?", tanyanya manja. Disentuhnya daguku pelan. Aku tersenyum. "Jawab dong, jangan hanya senyum doang",rengeknya. "Tentu ...
Posting Terkait
FLASH FICTION : DALAM PENANTIAN
Baginya menanti adalah niscaya. Karena hidup itu sendiri adalah bagian dari sebuah proses menunggu. Begitu asumsi yang terbangun pada benak wanita yang berdiri tegak kaku di pinggir pantai dengan rambut tergerai ...
Posting Terkait
Flash Fiction : Namamu Ditengah Doaku
Raisa mencintai Gilang diam-diam selama dua tahun. Menjadi teman yang baik, pendengar setia, dan tempat pulang paling tenang. Akhirnya, Gilang mulai berubah. Lebih perhatian, lebih sering mencari Risa. Hatinya sempat berani berharap. Sampai malam ...
Posting Terkait
Flash Fiction : Gerimis dan Wajahmu
Gerimis jatuh di kota ini, seperti malam itu ketika ia berlari ke rumah sakit, hanya untuk menemukan tubuhmu terbaring kaku di ranjang putih. Kecelakaan, kata dokter. Tak seorang pun tahu berapa kali ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: TUNTUTAN
Lelaki itu duduk didepanku dengan wajah tertunduk lesu. Terkulai lemas diatas kursi. Mendadak lamunanku terbang melayang ke beberapa tahun silam. Pada lelaki itu yang telah memporak-porandakan hatiku dengan pesona tak terlerai. Tak hanya ...
Posting Terkait
Aku menatapnya. Takjub. Dia menatapku. Marah. Aku tak tahu apa yang berada di benak wanita muda itu sampai memandangku penuh kebencian. Padahal dia hanya melihat pantulan dirinya sendiri disitu. Dan aku, cukuplah ...
Posting Terkait
Flash Fiction : Jam Tangan Ayah
am tangan itu sudah berhenti berdetak. Jarumnya membeku di angka 10:15. Itu waktu Papa pergi, tertidur selamanya di kursi malasnya, dengan tangan menggenggam jam tangan perak itu. Aku menyentuh kacanya yang ...
Posting Terkait
Flash Fiction: Koper Hijau
Di sudut kamar, ada koper tua berwarna hijau lumut. Lapuk di bagian resleting, berdebu di pegangannya. Sudah bertahun-tahun tak disentuh, tapi tetap tak dibuang. Itu koper milik Dara. Ia mengemasnya sendiri: dua ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: AYAHKU, IDOLAKU
Bangga rasanya menjadi anak seorang dukun terkenal di seantero kota. Dengan segala kharisma dan karunia yang dimilikinya, ayah memiliki segalanya: rumah mewah, mobil mentereng dan tentu saja uang berlimpah hasil ...
Posting Terkait
FLASH FICTION : BALADA SI KUCING BUTUT
Dari balik jendela yang buram aku menyaksikan sosoknya menari riang diiringi lagu hip-hop yang menghentak dari CD Player dikamar. Poni rambutnya bergoyang-goyang lucu dan mulutnya bersenandung riang mengikuti irama lagu. ...
Posting Terkait
Flash Fiction: Dalam Diam, Aku Merindumu
Nada berjalan menyusuri jalan setapak di belakang rumah. Tempat itu saksi diam hubungan mereka. Dulu, tangan Reno selalu menggenggam tangannya, membisikkan rencana masa depan. Kini, yang tersisa hanya desau angin ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: DUKUN
Lelaki tua yang mengenakan blankon yang duduk persis didepanku menatapku tajam. Pandangannya terlihat misterius.  Kumis tebalnya menambah sangar penampilannya. Menakutkan. Aku bergidik. Dukun itu mendengus dan mendadak ruangan remang-remang disekitarku menerbitkan ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: BARANGKALI, CINTA
Gadis itu menulis diatas secarik kertas dengan tangan bergetar. Ia mencoba menafsirkan desir-desir rasa yang menggerayangi kalbu nya, menerbitkan rasa nyaman dan juga kangen pada lelaki yang baru akan diperkenalkannya pada ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: SAAT REUNI, DI SUATU WAKTU
Takdir kerapkali membawa keajaibannya sendiri. Seperti saat ini, menatap wajahnya kembali pada sebuah reuni sekolah menengah pertama. Paras jelita yang seakan tak pernah tergerus waktu, meski hampir setengah abad telah terlewati. Diajeng ...
Posting Terkait
Flash Fiction: Kode Rahasia
Setiap sore, Anita duduk di jendela kamarnya, memandangi ujung jalan tempat Andi dulu biasa berdiri, mengacungkan dua jari—kode rahasia mereka: "tunggu aku." Orangtuanya bilang Andi bukan pilihan. "Anak sopir, masa depanmu ...
Posting Terkait
FLASH FICTION : AKHIR SEBUAH MIMPI
Lelaki itu berdiri tegak kaku diatas sebuah tebing curam. Tepat dibawah kakinya, gelombang laut terlihat ganas datang bergulung-gulung, menghempas lalu terburai dihadang karang yang tajam. Sinar mentari terik menghunjam ubun-ubun ...
Posting Terkait
FLASH FICTION: HATI-HATI DI JALAN
FLASH FICTION : DALAM PENANTIAN
Flash Fiction : Namamu Ditengah Doaku
Flash Fiction : Gerimis dan Wajahmu
FLASH FICTION: TUNTUTAN
FLASH FICTION : CERMIN TOILET
Flash Fiction : Jam Tangan Ayah
Flash Fiction: Koper Hijau
FLASH FICTION: AYAHKU, IDOLAKU
FLASH FICTION : BALADA SI KUCING BUTUT
Flash Fiction: Dalam Diam, Aku Merindumu
FLASH FICTION: DUKUN
FLASH FICTION: BARANGKALI, CINTA
FLASH FICTION: SAAT REUNI, DI SUATU WAKTU
Flash Fiction: Kode Rahasia
FLASH FICTION : AKHIR SEBUAH MIMPI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *