Catatan Dari Hati

Ketika Jempol Mengkhianati Hati: Perjuangan Melawan Kecemasan Digital

“The single biggest problem in communication is the illusion that it has taken place.”George Bernard Shaw

Di ruang yang sunyi pada tengah malam, cahaya biru layar smartphone memancar terang, menerangi wajah yang penuh kegelisahan. Jari-jari bergerak tanpa henti, menggulir informasi demi informasi yang semakin membuat hati resah. Inilah potret generasi digital kita – terjebak dalam siklus yang disebut “doomscrolling,” sebuah fenomena yang telah menjadi epidemi tersembunyi di era modern ini.

Doomscrolling-Induced Anxiety bukanlah sekadar kebiasaan buruk, melainkan kondisi psikologis yang nyata dan mengkhawatirkan. Istilah ini menggambarkan kecemasan yang muncul akibat kebiasaan terus-menerus menggulir berita buruk atau konten negatif di media sosial dan platform digital. Seperti narkoba digital, aktivitas ini memberikan kepuasan sesaat namun meninggalkan luka yang mendalam pada kesehatan mental.

Doomscrolling adalah istilah yang menggambarkan kebiasaan kompulsif menelusuri berita-berita negatif, menakutkan, dan mengancam, tanpa henti. Kebiasaan ini seolah menjadi sebuah siklus tanpa akhir, di mana kita merasa harus terus-menerus mengikuti perkembangan terbaru—meski itu hanya menambah beban kecemasan. Lalu, apa sebenarnya yang mendorong kita ke dalam jurang ini?

Pemicu utama dari doomscrolling adalah kebutuhan untuk merasa terkendali. Dalam ketidakpastian dunia, kita mencari informasi sebagai cara untuk “bersiap” menghadapi hal terburuk. Kita percaya bahwa dengan mengetahui setiap detail bencana, tragedi, atau krisis, kita akan lebih siap menghadapinya.

Sayangnya, otak kita tidak dirancang untuk memproses aliran informasi negatif yang tak terbatas ini. Alih-alih merasa lebih siap, yang terjadi justru sebaliknya: kita tenggelam dalam perasaan tak berdaya, panik, dan kecemasan yang mendalam.

Doomscrolling bukan sekadar menonton satu klip berita sedih atau membaca satu laporan menegangkan. Ini pola berulang: menenggelamkan diri dalam aliran konten negatif—bencana, konflik, krisis ekonomi, skandal—yang dirancang agar kita terus terlibat, karena algoritme memberi imbalan emosional lewat keterlibatan itu.

Penelitian terbaru menemukan hubungan kuat antara kebiasaan ini dan meningkatnya kecemasan eksistensial, rasa putus asa, hingga sikap sinis terhadap kemanusiaan; studi lintas negara menunjukkan doomscrolling memprediksi perasaan cemas dan pesimisme yang lebih tinggi pada responden.

Menurut studi University Hospitals tahun 2024, remaja dan dewasa muda adalah kelompok yang paling rentan terhadap doomscrolling, dengan VPNRanks memproyeksikan bahwa individu berusia 16-25 tahun akan terus menjadi yang paling rentan hingga 2025. Di Indonesia sendiri, dengan 139 juta pengguna media sosial aktif pada Januari 2024, fenomena ini menjadi ancaman serius bagi generasi bangsa.

Bayangkan seseorang yang bangun pagi dan hal pertama yang dilakukan adalah mengecek ponsel. Mata belum sepenuhnya terbuka, namun jari sudah bergerak lincah menggulir timeline. Berita tentang bencana alam, konflik politik, krisis ekonomi, hingga tragedi kemanusiaan bergantian memenuhi layar.

Tanpa disadari, pikiran sudah terkontaminasi oleh berbagai informasi negatif sebelum hari bahkan dimulai. Inilah awal mula spiral kecemasan yang akan berlanjut sepanjang hari.

Penelitian dari Indonesia Basic Health Research survey 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 11,8 juta orang, dan fenomena doomscrolling berkontribusi signifikan terhadap angka yang mengkhawatirkan ini. Studi menunjukkan bahwa peningkatan satu deviasi standar dalam penggunaan media sosial dikaitkan dengan peningkatan 9% dalam skor depresi.

Pemicu utama doomscrolling-induced anxiety sangat beragam namun saling berkaitan. Algoritma media sosial dirancang untuk mempertahankan perhatian pengguna selama mungkin, dan konten yang menimbulkan emosi kuat – terutama kemarahan, ketakutan, atau kekhawatiran – cenderung mendapat engagement lebih tinggi. Seperti jebakan yang rapi, platform digital ini mengeksploitasi keingintahuan alami manusia dan kebutuhan untuk tetap terinformasi.

Faktor psikologis juga berperan penting. Bagi banyak orang, mengonsumsi berita buruk memberikan ilusi kontrol – seolah dengan mengetahui semua masalah di dunia, mereka bisa mempersiapkan diri menghadapi bahaya. Namun, realitasnya justru sebaliknya. Paparan berlebihan terhadap informasi negatif malah membuat seseorang merasa tak berdaya dan kewalahan.

Survei yang dilakukan di Indonesia pada Oktober 2022 menemukan bahwa stres menjadi masalah kesehatan mental paling umum di kalangan masyarakat Indonesia, dengan sekitar 25 persen responden melaporkan mengalaminya. Angka ini mencerminkan betapa dalam dampak era digital terhadap kesehatan mental bangsa.

Ciri-ciri seseorang yang mengalami doomscrolling-induced anxiety tampak dalam berbagai aspek kehidupan. Secara fisik, mereka kerap mengalami ketegangan otot, sakit kepala, gangguan tidur, dan kelelahan kronis meski tidak melakukan aktivitas fisik berat. Paparan tinggi terhadap cahaya biru dari layar dapat secara signifikan menekan produksi melatonin – sinyal utama tubuh untuk bersiap tidur.

Dari segi emosional, penderita mengalami perasaan putus asa yang konstan, mudah marah, dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya dinikmati. Mereka seringkali merasa seperti dunia sedang menuju kehancuran dan tidak ada harapan untuk masa depan.

Penelitian menunjukkan bahwa doomscrolling dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecemasan eksistensial, di mana seseorang mulai mempertanyakan makna hidup dan tujuan eksistensi mereka.

Secara kognitif, konsentrasi menurun drastis, kemampuan mengambil keputusan terganggu, dan muncul pikiran obsesif tentang skenario-skenario buruk. Studi terbaru memperingatkan bahwa kebiasaan memeriksa cerita-cerita mengganggu di media sosial dikaitkan dengan perubahan cara pandang terhadap umat manusia dan makna hidup.

Berita buruk memberi hormon stresnya sendiri: ketika kita terus-menerus dipaparkan pada ancaman (meski sekadar lewat layar), tubuh merespons seolah ada bahaya nyata—sistem syaraf simpatis tetap waspada, hormon kortisol terangkat, dan itu menguras kapasitas kita untuk menenangkan diri.

Lama-lama, kebiasaan ini memperkuat pola pikir yang memusatkan perhatian pada bahaya, bukan pada sumber daya atau solusi—padahal naluri bertahan hidup yang sehat memerlukan keseimbangan antara kewaspadaan dan ketenangan

Dampak sosial tidak kalah menghawatirkan. Penderita cenderung menarik diri dari interaksi sosial, menghindari diskusi yang konstruktif karena sudah terlalu jenuh dengan informasi negatif, dan kehilangan kemampuan untuk menikmati momen-momen sederhana dalam hidup. Mereka menjadi lebih sinis terhadap manusia dan dunia secara umum.

Namun, ada harapan. Seperti matahari yang selalu terbit setelah malam yang gelap, setiap masalah memiliki solusi. Metode pengobatan untuk doomscrolling-induced anxiety melibatkan pendekatan holistik yang menggabungkan terapi psikologis, perubahan perilaku, dan dukungan sosial.

Terapi Kognitif Perilaku (CBT) menjadi metode yang paling efektif. Melalui CBT, seseorang belajar mengenali pola pikir negatif yang dipicu oleh konsumsi media, memahami hubungan antara pemikiran, perasaan, dan perilaku, serta mengembangkan strategi coping yang lebih sehat. Terapi ini membantu individu membangun “filter mental” yang dapat menyaring informasi yang benar-benar penting dari yang sekadar menciptakan kecemasan.

Mindfulness dan meditasi juga terbukti sangat bermanfaat. Praktik ini mengajarkan seseorang untuk hadir sepenuhnya di momen saat ini, mengurangi kecenderungan pikiran untuk berkelana ke skenario-skenario menakutkan yang mungkin tidak pernah terjadi. Melalui latihan pernapasan dan kesadaran penuh, individu dapat memutus siklus kecemasan yang dipicu oleh konsumsi media berlebihan.

Terapi kelompok memberikan dimensi dukungan sosial yang sangat dibutuhkan. Berbagi pengalaman dengan orang lain yang menghadapi tantangan serupa membantu mengurangi perasaan terisolasi dan memberikan perspektif baru tentang cara mengelola hubungan dengan teknologi digital.

Dalam kasus yang lebih berat, intervensi medis mungkin diperlukan. Obat-obatan anti-kecemasan atau antidepresan dapat membantu menstabilkan mood dan memberikan ruang bagi individu untuk mengembangkan strategi coping yang lebih sehat. Namun, pengobatan medis selalu harus dikombinasikan dengan terapi psikologis untuk hasil yang optimal.

Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Langkah pertama adalah mengembangkan kesadaran digital – memahami bagaimana algoritma media sosial bekerja dan mengapa kita begitu tertarik pada berita buruk. Pengetahuan ini membantu seseorang membuat keputusan yang lebih bijak tentang konsumsi media.

Membuat jadwal khusus untuk mengecek berita atau media sosial adalah strategi yang sangat efektif. Alih-alih membiarkan diri terus-menerus terhubung, tentukan waktu-waktu spesifik dalam sehari untuk mengonsumsi informasi, misalnya pagi dan sore hari selama 15-20 menit. Di luar waktu tersebut, jauhkan diri dari gawai.

Kurasi konten dengan cermat. Unfollow akun atau platform yang konsisten membagikan konten negatif tanpa solusi konstruktif. Sebaliknya, ikuti akun yang memberikan perspektif seimbang, solusi praktis, atau konten yang menginspirasi dan memotivasi. Ingat, kita memiliki kontrol penuh atas apa yang kita konsumsi secara digital.

Ciptakan “zona bebas gawai” di rumah, terutama di kamar tidur. Penelitian menunjukkan bahwa keberadaan smartphone di dekat tempat tidur secara signifikan mengganggu kualitas tidur dan meningkatkan kemungkinan doomscrolling malam hari. Gunakan jam alarm konvensional alih-alih smartphone untuk bangun pagi.

Kembangkan hobi dan aktivitas offline yang memberikan kepuasan dan makna. Olahraga, seni, berkebun, memasak, atau belajar keterampilan baru dapat menjadi alternatif yang jauh lebih sehat dibandingkan menghabiskan waktu di media sosial. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya mengalihkan perhatian dari dunia digital, tetapi juga memberikan sense of accomplishment yang nyata.

Bangun koneksi sosial yang bermakna di dunia nyata. Luangkan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman tanpa gangguan gawai. Percakapan mendalam, tertawa bersama, dan berbagi pengalaman langsung memberikan kepuasan emosional yang tidak bisa digantikan oleh interaksi digital.

Praktikkan gratitude atau rasa syukur secara rutin. Setiap hari, tuliskan tiga hal yang disyukuri, baik yang besar maupun kecil. Praktik sederhana ini membantu menggeser fokus dari hal-hal negatif yang dominan di media sosial ke aspek-aspek positif yang ada dalam kehidupan nyata.

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional ketika doomscrolling mulai mengganggu fungsi sehari-hari. Psikolog, psikiater, atau konselor yang berpengalaman dapat memberikan panduan yang dipersonalisasi sesuai dengan kondisi spesifik setiap individu.

Masa depan kesehatan mental generasi digital bergantung pada keputusan yang kita ambil hari ini. Survei terbaru terhadap lebih dari 28.000 individu di tujuh negara Asia menunjukkan bahwa Generasi Z paling berisiko mengalami masalah kesehatan mental, namun mereka juga generasi yang memiliki akses terbesar terhadap informasi dan sumber daya untuk pemulihan.

Kita semua memiliki kekuatan untuk memutus siklus kecemasan digital ini. Setiap kali kita memilih untuk mematikan notifikasi, setiap kali kita memilih percakapan tatap muka daripada scroll timeline, setiap kali kita memilih hadir sepenuhnya di momen saat ini – kita sedang melakukan revolusi kecil untuk kesehatan mental kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita.

Perjalanan menuju kesehatan mental yang optimal di era digital bukanlah sprint, melainkan maraton. Akan ada hari-hari di mana godaan untuk kembali ke kebiasaan lama terasa sangat kuat. Akan ada momen ketika berita buruk terasa begitu penting untuk diketahui. Namun, ingatlah bahwa setiap langkah kecil menuju kebiasaan digital yang lebih sehat adalah investasi berharga untuk masa depan yang lebih bahagia dan bermakna.

Teknologi diciptakan untuk melayani manusia, bukan sebaliknya. Saatnya kita merebut kembali kendali atas hidup kita, menciptakan batasan yang sehat, dan menggunakan kekuatan luar biasa era digital untuk membangun dunia yang lebih baik – dimulai dari diri kita sendiri.

Related Posts
PURI DAN JEJAK EPILOG INDAH YANG DITINGGALKANNYA
Kesedihan itu datang mendadak tadi pagi.Saat membuka halaman facebook saya, mendadak tatapan saya mengarah pada sebuah catatan pesan seorang kawan tentang berpulangnya Puri, salah satu penulis Kompasiana yang baru saja menambahkan saya ...
Posting Terkait
Dibalik Layar Digital : Romantika Editor Media dalam Pusaran Revolusi Informasi – Sebuah Renungan Reflektif dari Ruang Redaksi Silanews.com
iga tahun silam, ketika saya pertama kali "menginjakkan kaki secara virtual" di ruang redaksi silanews.com sebagai bagian dari ekosistem Promedia Technology, dunia jurnalisme masih terasa lebih "tradisional" meski sudah bermigrasi ...
Posting Terkait
Pesona Parade Lampu yang memukau dalam Symphoni of Light (sumber : www.tourism.gov.hk)
ahabatku yang baik, Bagaimana kabarmu? Semoga tetap sehat ya. Hongkong tak banyak berubah sejak kepergianmu. Gedung-gedung tinggi menjulang bagaikan hutan beton menyelimuti seantero kota masih berdiri kokoh dan nuansa Tiongkok Moderen yang ...
Posting Terkait
MENIKMATI KEHIJAUAN NEGERI, MELERAI LETIH DAN PERIH
Keterangan foto: Hijau Negeriku, karya Adi Wiratmo, Potret Mahakarya Indonesia, Dji Sam Soe nakku sayang Rizky & Alya Selalu terbayang dalam benak ayah, bagaimana kalian menikmati masa liburan di kampung sembari menyusuri ...
Posting Terkait
KAPAL HDPE IQRA VISINDO TEKNOLOGI DAN IKHTIAR MEMBANGUN INDUSTRI MARITIM INDONESIA
pa yang terlintas dalam benak anda ketika membaca kata "Kapal HDPE"? Terus terang yang pertama terlintas dalam benak awam saya adalah kapal yang dibuat dan berbahan baku sama dengan material ember ...
Posting Terkait
Kawan-kawan yang baik para penggemar Saberin (Kisah Bersambung Interaktif) berjudul "Cinta dan Jalan Pulang Tak Bertepi", dengan segala kerendahan hati dan rasa penyesalan yang mendalam, setelah melihat perkembangan beberapa waktu ...
Posting Terkait
MARI MERIAHKAN MAKASSAR INTERNATIONAL WRITERS FESTIVAL 2011
Rumah Budaya Rumata’ akan menggelar Makassar International Writers Festival (MIWF) 13-17 Juni 2011 dengan menghadirkan penulis dan penyair dari Belanda, Turki, Mesir, Amerika, Australia dan para penulis dari Makassar. ...
Posting Terkait
VIDAFEST 2017 : MENISCAYAKAN KAWASAN HUNIAN KOLEKTIF YANG LEBIH HUMANIS
Hari Sabtu (30/9) siang, saya berkesempatan menghadiri kegiatan Vidafest 2017, sebuah event Festival tahunan yang digelar di kawasan Insitu-Bumi Wedari Vida Bekasi. Ini adalah acara rutin tahunan yang ketiga kalinya ...
Posting Terkait
Indonesia di Persimpangan: Antara Kemarahan Rakyat dan Kearifan Kepemimpinan
“Riots are the language of the unheard.” — Martin Luther King Jr. ua hari yang mencengangkan telah berlalu. Indonesia baru saja melewati periode yang menguji ketahanan demokrasi kita, ketika tragedi meninggalnya ...
Posting Terkait
MENGOPTIMALKAN HARBOLNAS PROMO BUKALAPAK
Harbolnas promo adalah koentji. Kalimat itu terkesan seperti gurauan tetapi memiliki peran yang sangat besar agar sukses mengoptimalkan Harbolnas yang datang hanya setahun sekali. Belanja bukan hanya lapar mata tetapi cermati ...
Posting Terkait
TENTANG CINTA PERTAMA, SEBUAH KENANGAN TAK TERLUPAKAN
Kau datang membawa Sebuah cerita Darimu itu pasti lagu ini tercipta Darimu itu pasti lagu ini tercipta Dari jendela kelas yang tak ada kacanya Tembus pandang kekantin bertalu rindu Datang mengetuk pintu hatiku (Iwan Fals, "Jendela Kelas ...
Posting Terkait
PAK HARYANTO, DALAM KENANGAN…
Innalillahi wainnailaihi rojiun Kabar mengejutkan itu tiba sangat mendadak, di pagi hari Senin,27 Januari 2025 tepat saat umat Muslim seluruh dunia merayakan Isra' Mi'raj 27 Rajab 1446 H. Pak Haryanto, mantan ...
Posting Terkait
KESUPERMARKET.COM : “SMART E-GROCERY” DAN SOLUSI PRAKTIS BELANJA DIGITAL
uaca Jakarta terlihat begitu bersahabat saat saya tiba di Ranch Market Pondok Indah, Senin siang (21/11). Setelah beberapa hari sebelumnya kerap diguyur hujan menjelang petang, dalam acara peluncuran portal kesupermarket.com ...
Posting Terkait
Fenomena #KaburAjaDulu dan “Brain Drain”: Ancaman Krisis Intelektual dan Profesional Indonesia?
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah #KaburAjaDulu semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di antara para profesional muda dan kalangan akademik. Istilah ini merepresentasikan kecenderungan untuk meninggalkan tanah air, baik ...
Posting Terkait
FILM KARBON DALAM RANSEL DAN PESAN PERUBAHAN IKLIM
ewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) baru saja meluncurkan film "Karbon Dalam Ransel" (KDR) pekan lalu (19/12)  di Jakarta Theater XXI. Film ini diluncurkan secara serentak di tiga kota yakni Jakarta, Denpasar ...
Posting Terkait
MENANTI KEJUTAN BARU KLA PROJECT
la Project bagi saya, adalah sebuah legenda yang berdiri kokoh diatas kegemilangan jejak yang sudah ditorehkan dengan manis di jagad musik negeri ini lebih dari dua dekade. Sejak pertama kali ...
Posting Terkait
PURI DAN JEJAK EPILOG INDAH YANG DITINGGALKANNYA
Dibalik Layar Digital : Romantika Editor Media dalam
SURAT PANJANG DARI HONGKONG : KEMERIAHAN MUSIM PANAS
MENIKMATI KEHIJAUAN NEGERI, MELERAI LETIH DAN PERIH
KAPAL HDPE IQRA VISINDO TEKNOLOGI DAN IKHTIAR MEMBANGUN
SABERIN, SAMPAI DISINI SAJA..
MARI MERIAHKAN MAKASSAR INTERNATIONAL WRITERS FESTIVAL 2011
VIDAFEST 2017 : MENISCAYAKAN KAWASAN HUNIAN KOLEKTIF YANG
Indonesia di Persimpangan: Antara Kemarahan Rakyat dan Kearifan
MENGOPTIMALKAN HARBOLNAS PROMO BUKALAPAK
TENTANG CINTA PERTAMA, SEBUAH KENANGAN TAK TERLUPAKAN
PAK HARYANTO, DALAM KENANGAN…
KESUPERMARKET.COM : “SMART E-GROCERY” DAN SOLUSI PRAKTIS BELANJA
Fenomena #KaburAjaDulu dan “Brain Drain”: Ancaman Krisis Intelektual
FILM KARBON DALAM RANSEL DAN PESAN PERUBAHAN IKLIM
MENANTI KEJUTAN BARU KLA PROJECT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *