Catatan Dari Hati

Merangkul Luka yang Tak Terucap: Regretting You dan Perjalanan Menemukan Kembali Cinta

Ada momen dalam hidup ketika dunia yang kita kenal runtuh dalam sekejap. Satu kecelakaan, satu rahasia yang terbongkar, dan seluruh fondasi kehidupan keluarga berubah menjadi reruntuhan.

Film Regretting You, yang disutradarai oleh Josh Boone dan diadaptasi dari novel laris karya Colleen Hoover tahun 2019, membawa penonton ke dalam perjalanan emosional yang mengguncang, namun penuh harapan.

Ini bukan sekadar cerita tentang duka, melainkan tentang menemukan kembali diri sendiri di tengah kehancuran, tentang memaafkan yang tak termaafkan, dan tentang cinta yang mekar justru dari retakan yang paling dalam.

Di pusat cerita ini ada hubungan yang tegang antara Morgan Grant, seorang ibu muda yang diperankan oleh Allison Williams, dan putri remajanya Clara yang diperankan oleh Mckenna Grace.

Hidup mereka berubah selamanya ketika sebuah kecelakaan mobil yang menghancurkan merenggut nyawa suami Morgan, Chris, yang juga ayah Clara, beserta adik Morgan, Jenny.

Namun tragedi yang sesungguhnya baru dimulai ketika kecelakaan tersebut membuka kedok rahasia kelam: hubungan terlarang antara Chris dan Jenny yang telah berlangsung lama, bahkan menimbulkan kecurigaan bahwa anak Jenny dan tunangannya Jonah mungkin sebenarnya adalah anak Chris.

Bayangkan kehilangan orang yang kau cintai, lalu di hari yang sama kau juga kehilangan kepercayaan pada kenangan tentang mereka. Itulah yang dialami Morgan dan Clara. Keduanya tidak hanya berduka atas kematian, tetapi juga atas pengkhianatan yang membuat setiap momen indah di masa lalu terasa seperti kebohongan.

Josh Boone, yang sebelumnya membuktikan kepekaan emosinya dalam film “The Fault in Our Stars”, kembali menghadirkan sentuhan yang intim dan penuh kehati-hatian. Ia membiarkan setiap adegan bernapas, memberi ruang bagi emosi untuk tumbuh secara alami tanpa terburu-buru.

Skenario ditulis oleh Susan McMartin, yang berhasil menangkap kompleksitas hubungan ibu-anak tanpa jatuh ke dalam jebakan melodrama murahan. Morgan dan Clara bukan karakter yang sempurna. Mereka keras kepala, terluka, dan sering kali salah memahami satu sama lain. Namun justru ketidaksempurnaan itulah yang membuat mereka terasa nyata dan dekat dengan penonton. Kita semua pernah merasakan jarak yang menyakitkan dengan orang yang kita sayangi, pernah menyimpan kata-kata yang seharusnya diucapkan, pernah membangun dinding untuk melindungi diri tetapi justru membuat kita semakin kesepian.

Yang membuat film ini begitu berkesan adalah penampilan para pemainnya, terutama Mckenna Grace yang tampil cemerlang dengan penampilan yang magnetik, matang, dan mentah, sangat berbeda dari peran-perannya sebelumnya termasuk di Young Sheldon.

Grace tidak hanya memerankan Clara, ia menghidupkannya. Setiap tatapan matanya mengandung beban remaja yang dipaksa tumbuh dewasa terlalu cepat. Di usianya yang seharusnya dipenuhi mimpi tentang masa depan, Clara harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya bukan sosok yang ia kira selama ini.

Grace bermain bersama Mason Thames yang memerankan Miller, teman sekelas yang mengembangkan perasaan kepada Clara. Kimia keduanya di layar terasa manis dan genuine, memberikan secercah cahaya di tengah kegelapan cerita.

Allison Williams membawakan karakter Morgan dengan kekuatan yang tenang, menggambarkan seorang wanita yang mengorbankan impiannya untuk membesarkan putrinya, hanya untuk menemukan bahwa selama ini ia hidup dalam bayang-bayang kebohongan. Williams tidak berlebihan dalam mengekspresikan kesedihan Morgan. Ada pengendalian diri dalam penampilannya, semacam usaha keras untuk tetap tegar di depan putrinya meski dunia dalamnya hancur berantakan.

Dave Franco berperan sebagai Jonah, tunangan Jenny yang juga menyimpan perasaan terhadap Morgan sejak masa remaja mereka. Jonah adalah karakter yang rumit, seorang pria yang harus menghadapi kemungkinan bahwa anak yang ia besarkan mungkin bukan darah dagingnya.

Scott Eastwood dan Willa Fitzgerald melengkapi jajaran pemeran dengan menghidupkan kenangan masa lalu Morgan dan Jenny di akhir tahun 2000-an, ketika mereka masih remaja yang penuh harapan, belum tahu bahwa takdir akan membawa mereka ke jalan yang begitu menyakitkan.

Film ini juga diperkuat oleh kehadiran aktor veteran seperti Clancy Brown yang memberikan bobot emosional pada cerita. Musik latar yang diciptakan oleh Nathaniel Walcott, yang sebelumnya bekerja sama dengan Boone dalam “Stuck in Love” dan “The Fault in Our Stars”, mengalir dengan lembut tanpa mendominasi, memberikan aksen pada momen-momen penting tanpa memaksa penonton untuk menangis.

Namun seperti kebanyakan adaptasi novel populer, “Regretting You” tidak lepas dari kelemahan. Dengan durasi dua jam yang terasa terlalu panjang, film ini kadang kehilangan momentum, tersendat oleh adegan-adegan berduka yang berulang atau romansa yang terasa mekanis.

Ada kalanya dialog terdengar terlalu formal, tidak mengalir secara natural seperti yang seharusnya terjadi dalam percakapan keluarga yang sedang terluka. Beberapa kritikus bahkan menilai bahwa cerita cinta di masa lalu terasa seperti “anggur lama dalam botol baru”, mengulang formula yang sudah sering kita lihat dalam drama remaja era 2000-an.

Namun di tengah segala kekurangannya, “Regretting You” berhasil sebagai drama keluarga yang menyentuh karena tidak malu menampilkan ketidaksempurnaan. Film ini mengajarkan bahwa kesempurnaan keluarga adalah mitos belaka, dan yang sebenarnya penting adalah ketahanan untuk bangkit kembali. Morgan dan Clara tidak langsung berbaikan dalam sekejap.

Mereka melewati pertengkaran, kesalahpahaman, dan momen-momen canggung yang menyakitkan. Tetapi di setiap langkah kecil mereka menuju pemahaman, kita melihat kekuatan cinta yang sesungguhnya, bukan yang romantis dan sempurna di buku-buku dongeng, tetapi yang berantakan, sulit, dan justru karena itu lebih berharga.

Film yang tayang perdana di Zoo Palast Berlin pada 12 Oktober 2025 dan dirilis oleh Paramount Pictures di Amerika Serikat pada 24 Oktober 2025 ini mengajak kita bertanya: apa yang kita lakukan ketika orang yang kita cintai mengkhianati kita? Bagaimana kita bergerak maju ketika masa lalu begitu berat? Dan bisakah kita belajar mencintai lagi, baik orang lain maupun diri sendiri, setelah kepercayaan hancur berkeping-keping?

“Regretting You” menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tidak dengan solusi instan, tetapi dengan kejujuran emosional yang jarang ditemukan dalam film romansa remaja masa kini. Film ini adalah tentang awal yang baru, dan bahkan jika tidak mengeksplorasi kedalaman penuh dari dramanya, ia memenangkan hati penonton dengan kejujuran emosionalnya dan cara mengubah rasa sakit menjadi pembelajaran.

Ada keindahan dalam cara film ini menggambarkan bahwa hidup tidak pernah berjalan sesuai rencana. Morgan yang mengorbankan mimpinya demi Clara, Clara yang harus melepaskan kenangan indah tentang ayahnya, Jonah yang harus memaafkan pengkhianatan sambil mempertanyakan perannya sebagai ayah, mereka semua adalah cerminan dari kita yang juga pernah merasa terkhianati oleh hidup. Dan seperti mereka, kita juga belajar bahwa kadang, menyesali masa lalu adalah langkah pertama untuk merangkul masa depan yang lebih baik.

Meski mendapat penerimaan yang beragam dari kritikus dengan 29 persen ulasan positif di Rotten Tomatoes dari 76 kritikus, dan meraih 51 juta dolar di box office, “Regretting You” tetap memiliki kekuatan untuk menyentuh hati, terutama bagi mereka yang pernah mengalami kehilangan dan pengkhianatan. Ini bukan film yang sempurna, tetapi ketulusannya dalam menggambarkan kompleksitas hubungan manusia membuatnya layak untuk ditonton.

Pada akhirnya, “Regretting You” mengingatkan kita bahwa menyesal adalah bagian dari menjadi manusia. Kita menyesali keputusan yang kita ambil, kata-kata yang kita ucapkan, dan bahkan orang yang kita cintai. Tetapi di dalam penyesalan itu juga terdapat benih harapan, kesempatan untuk menjadi lebih baik, untuk mencintai dengan lebih bijaksana, dan untuk memahami bahwa keluarga bukan tentang darah atau kesempurnaan, melainkan tentang keberanian untuk tetap bersama meski segalanya terasa hancur.

Related Posts
REVIEW FILM KETIKA MAS GAGAH PERGI : TENTANG KOMITMEN & KEPEDULIAN YANG TAK TERLERAI
ari Minggu siang, 31 Januari 2016 akhirnya niat saya untuk menonton film "Ketika Mas Gagah Pergi" (KMGP) kesampaian juga. Bersama keluarga tercinta saya menyaksikan film yang diangkat dari karya cerpen legendaris ...
Posting Terkait
ROMANTISME RENYAH DARI SEBUAH KE-“JADUL”-AN
Judul Buku : Gaul Jadul (Biar Memble Asal Kece) Penulis : Q Baihaqi Penerbit : Gagas Media ISBN : 979-780-346-5 Jumlah halaman : viii + 280 halaman Cetakan : Pertama, 2009 Ukuran : 13 x 19 ...
Posting Terkait
AYAHMU BULAN, ENGKAU MATAHARI : KISAH PEREMPUAN DALAM NARASI YANG MENGGETARKAN
Judul : Ayahmu Bulan, Engkau Matahari (Kumpulan Cerpen) Karya : Lily Yulianti Farid Cetakan : Pertama,Juli 2012 Halaman : 255 halaman Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama ISBN : 978-979-22-8708-0 enang sekali saat menerima buku ini ...
Posting Terkait
RESENSI BUKU “DALAM DEKAPAN ZAMAN” : SENARAI KISAH INSPIRATIF SANG PEGIAT HARMONI BUMI
Judul Buku : Dalam Dekapan Zaman (Memoar Pegiat Harmoni Bumi) Penulis : Amanda Katili Niode, PhD Cetakan : Pertama, Oktober 2024 Halaman : xxxviii + 420 halaman ISBN : 978-623-8228-51-5 Penerbit : CV Diomedia Buku "Dalam Dekapan ...
Posting Terkait
FILM MISSION IMPOSSIBLE 6 “FALL OUT”: KETEGANGAN MENCEKAM DARI AWAL HINGGA AKHIR
om Cruise masih tetap lincah dan gagah. Seperti dulu. Pada bagian keenam rangkaian film laga aksi Mission Impossible ini, Tom Cruise kembali memperlihatkan kemampuan fisiknya yang prima meski usianya sudah ...
Posting Terkait
FILM LOOPER : DILEMA KELAM MASA KINI DAN MASA DEPAN
aya selalu memiliki ekspektasi tinggi untuk menonton film-film yang dibintangi oleh aktor gaek Bruce Willis. Sejak terpukau menonton film-film aksinya dalam serial 'Die Hard", kehadiran lelaki yang selalu berkepala plontos ...
Posting Terkait
FILM TANAH SURGA, KATANYA : IRONI KEBANGSAAN DALAM KEMELARATAN DI PERBATASAN
ari Minggu (26/8) kemarin, kami sekeluarga menyempatkan diri menonton film "Tanah Surga, Katanya" di Studio 4 XXI Mal Lippo Cikarang. Kedua anak saya sangat antusias ingin menonton film ini setelah ...
Posting Terkait
FILM LEHER ANGSA : PADUAN KOMEDI & IRONI DARI KAKI GUNUNG RINJANI
ari Jum'at siang (28/6), saya memenuhi janji kepada putra tertua saya Rizky untuk menonton film "Leher Angsa" seusai 3 gigi susunya dicabut di Rumah Sakit Siloam Cikarang. Film ini ...
Posting Terkait
FILM THE CROODS : PELAJARAN TENTANG KEBERANIAN MENGHADAPI TANTANGAN
ari Sabtu (23/3) saya bersama keluarga menyempatkan diri menonton film "The Croods" di XXI Metropolitan Mal Bekasi Barat. Ini menjadi film incaran Rizky & Alya kedua buah hati saya ...
Posting Terkait
FILM HOTEL TRANSYLVANIA : INDAHNYA MENGHORMATI PERBEDAAN
"iptakanlah Surgamu sendiri, anakku", demikian kata Dracula (Adam Sandler) pada putri tercintanya Mavis (Selena Gomes) --yang menjadi sebuah kutipan manis dari film "Hotel Transylvania". Film ini saya tonton tadi ...
Posting Terkait
FILM DEEPWATER HORIZON : VISUALISASI BENCANA DAHSYAT ANJUNGAN MINYAK LEPAS PANTAI DI TELUK MEXICO
udah lama saya "mengincar" untuk menonton film ini. Bukan hanya karena bencana dahsyat ledakan anjungan pengeboran minyak lepas pantai (offshore rig) "Deepwater Horizon" pada 20 April 2010 ini kerap menjadi topik ...
Posting Terkait
STAR WARS VII FORCE AWAKENS : KEBANGKITAN SETELAH 30 TAHUN BERLALU
aya selalu menyukai sensasi rasa seperti ini: menantikan kehadiran film yang menjadi salah satu inspirasi, imajinasi dan kenangan masa lalu yang selalu melekat di hati, seperti Star Wars. Saya sudah ...
Posting Terkait
Saat Masa Depan Mengetuk Pintu Hati: Chemistry Dion Wiyoko-Sheila Dara dalam Petualangan Cinta Lintas Waktu
ada lanskap perfilman Indonesia yang kini dipenuhi dengan kemunculan film-film horor, sutradara Yandy Laurens menghadirkan sebuah alternatif yang menyegarkan melalui "Sore: Istri dari Masa Depan" yang tayang pada 10 Juli ...
Posting Terkait
THE A TEAM (2010) : MEREKA BERAKSI LAGI!
"Murdock, ada paket film 3D untukmu, dari Annabele Smith!," kata seorang perawat rumah sakit jiwa di Jerman pada seorang pasien bertopi baseball yang bertampang lugu. Lelaki yang dipanggil itu mendadak terperangah, ...
Posting Terkait
FILM “PLANES” : SEMANGAT KEBANGKITAN SANG PESAWAT “PECUNDANG”
ari Minggu (8/9) silam, saya bersama istri dan anak-anak menonton film "Planes" di XXI Mal Lippo Cikarang. Rizky dan Alya, kedua anak saya memang "mengincar" film ini sejak melihat Trailer-nya ...
Posting Terkait
Membedah Kesempurnaan Visual dan Emosional Film Fantastic Four: First Steps
etelah beberapa kali mengalami kegagalan dalam adaptasi layar lebar, Keluarga Pertama Marvel akhirnya menemukan kembali kehormatan mereka melalui "The Fantastic Four: First Steps" yang disutradarai oleh Matt Shakman. Film ini ...
Posting Terkait
REVIEW FILM KETIKA MAS GAGAH PERGI : TENTANG
ROMANTISME RENYAH DARI SEBUAH KE-“JADUL”-AN
AYAHMU BULAN, ENGKAU MATAHARI : KISAH PEREMPUAN DALAM
RESENSI BUKU “DALAM DEKAPAN ZAMAN” : SENARAI KISAH
FILM MISSION IMPOSSIBLE 6 “FALL OUT”: KETEGANGAN MENCEKAM
FILM LOOPER : DILEMA KELAM MASA KINI DAN
FILM TANAH SURGA, KATANYA : IRONI KEBANGSAAN DALAM
FILM LEHER ANGSA : PADUAN KOMEDI & IRONI
FILM THE CROODS : PELAJARAN TENTANG KEBERANIAN MENGHADAPI
FILM HOTEL TRANSYLVANIA : INDAHNYA MENGHORMATI PERBEDAAN
FILM DEEPWATER HORIZON : VISUALISASI BENCANA DAHSYAT ANJUNGAN
STAR WARS VII FORCE AWAKENS : KEBANGKITAN SETELAH
Saat Masa Depan Mengetuk Pintu Hati: Chemistry Dion
THE A TEAM (2010) : MEREKA BERAKSI LAGI!
FILM “PLANES” : SEMANGAT KEBANGKITAN SANG PESAWAT “PECUNDANG”
Membedah Kesempurnaan Visual dan Emosional Film Fantastic Four:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *